Apa Peran Pesantren dalam Peradaban Moderat? Ikuti International Conference on Indonesian Islam di UINSA

Surabaya (Kemenag) — Ada helat akbar di Surabaya pada 26 November 2025. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menggelar International Conference on Indonesian Islam: Why Indonesia as a New Center of Muslim Civilization?. Konferensi inimenyoroti peran sentral pesantren, khususnya di Jawa Timur, sebagai fondasi dan sumber spiritual utama model Islam moderat yang kini ditawarkan Indonesia kepada dunia.

Rektor UINSA, Prof. Akh. Muzakki, mengatakan, perhatian akademisi dan publik kini fokus pada keunikan Islam Jawa Timur yang berhasil memadukan keilmuan klasik dengan isu-isu kontemporer. Jawa Timur, sebagai salah satu pusat perkembangan Islam tertua di Nusantara, memiliki sejumlah pesantren legendaris seperti Tebuireng, Bahrul Ulum, Lirboyo, Langitan, dan Sidogiri. Lembaga-lembaga ini bukan hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai laboratorium sosial yang melahirkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan inklusivitas.

Model pesantren ini dianggap vital dalam konteks global pascakonflik. Di tengah narasi yang kerap mengaitkan dunia Muslim dengan radikalisme, Islam Indonesia, yang dijiwai spirit pesantren, hadir sebagai solusi alternatif. “Pendekatan ini berhasil menunjukkan bahwa masyarakat Muslim dapat hidup berdampingan dalam sistem politik demokratis sambil tetap mempertahankan identitas keagamaan yang kuat,” terang Prof Akh Muzakki di Surabaya, Selasa (25/11/2025).

Prof. Akh. Muzakki, menekankan, bahwa konferensi ini bertujuan mengangkat kekayaan intelektual pesantren ke panggung internasional. Menurutnya, Indonesia telah sukses menunjukkan kepada dunia bahwa moderasi bukan hanya teori, melainkan praktik hidup sehari-hari yang berakar kuat pada tradisi pesantren.

“Keunikan pesantren di Jawa Timur, dengan kemampuannya mengintegrasikan ilmu agama dan isu modern seperti kewirausahaan, kesetaraan gender, dan keberlanjutan lingkungan—menjadikannya referensi penting bagi perkembangan peradaban Muslim yang toleran dan adaptif,” ujar Prof. Muzakki.

“Konferensi ini diharapkan menjadi penegasan, bahwa akar tradisi keilmuan pesantren merupakan aset peradaban global, yang menolak ekstremisme dan mendorong harmoni sosial,” sambungnya.

Dijelaskan Rektor, bahwa konferensi ini akan menyajikan sesi khusus yang mengulas bagaimana model Islam Jawa Timur ini secara konkret dapat menjadi akar peradaban dan kontribusi nyata Indonesia bagi stabilitas dunia. Diskusi akan mencakup peran pesantren dalam mitigasi ekstremisme, penguatan diplomasi budaya, dan pengarusutamaan nilai-nilai kemanusiaan dalam hubungan antarnegara.

Lebih lanjut, Rektor berharap bahwa forum ini akan memperkuat posisi UINSA Surabaya sebagai pusat kajian Islam Nusantara dan menegaskan peran Jawa Timur sebagai pusat spiritual dan intelektual. “Ini adalah momentum strategis bagi Indonesia untuk memperkuat diplomasi keagamaan. Pesan yang kami sampaikan dari UINSA jelas: Islam moderat adalah fondasi pembangunan peradaban dunia yang damai,” tutupnya.

Dengan mengukuhkan peran pesantren sebagai aset peradaban dunia, UINSA Surabaya melalui konferensi ini berharap dapat menginspirasi dunia Muslim terkait pembentukan tata dunia baru yang lebih berkeadilan, inklusif, dan damai. (Humas)

Sumber; https://kemenag.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *