JAKARTA – Isu kemerdekaan Palestina kembali memecah belah dunia internasional. Sementara 139 negara secara resmi mengakui Palestina sebagai negara berdaulat, terdapat setidaknya 10 negara yang secara eksplisit menolak pengakuan tersebut. Data ini menggambarkan polarisasi tajam dalam respons global terhadap konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun.
Palestina, yang telah menyatakan kemerdekaan sejak 1988, kini menempati posisi “Negara Pengamat Non-Anggota” di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 2012. Meski demikian, status keanggotaan penuhnya terganjal oleh veto Amerika Serikat (AS) di Dewan Keamanan PBB. Mayoritas negara mendukung solusi dua negara, tetapi perbedaan strategi—terutama terkait pengakuan unilateral—menjadi pemicu perpecahan.
Berikut daftar negara yang hingga kini menolak mengakui Palestina, beserta alasan di balik keputusan mereka:
- Amerika Serikat (AS)
- Posisi: Veto pengakuan Palestina di PBB dan menolak solusi unilateral.
- Alasan: Menekankan perlunya negosiasi langsung dengan Israel. AS juga menjadi penyumbang bantuan militer terbesar untuk Israel (USD 3,8 miliar/tahun).
- Israel
- Posisi: Menolak sepenuhnya kemerdekaan Palestina.
- Alasan: Menganggap Tepi Barat dan Gaza sebagai “wilayah sengketa” dan menolak hak pengembalian pengungsi Palestina.
- Kanada
- Posisi: Tidak mengakui Palestina.
- Alasan: Mendukung solusi dua negara hanya melalui dialog bilateral, bukan pengakuan sepihak.
- Australia
- Posisi: Menolak pengakuan resmi (kecuali di forum terbatas).
- Alasan: Khawatir pengakuan akan memperburuk konflik tanpa kesepakatan dengan Israel.
- Jerman
- Posisi: Tidak mengakui Palestina secara bilateral.
- Alasan: Memiliki “komitmen khusus” terhadap Israel akibat sejarah Holocaust dan menekankan perdamaian melalui perundingan.
- Prancis
- Posisi: Belum mengakui Palestina meski mendukung solusi dua negara.
- Alasan: Menunggu konsensus Uni Eropa dan kemajuan negosiasi.
- Inggris Raya
- Posisi: Menolak pengakuan.
- Alasan: Menganggap pengakuan “prematur” tanpa persetujuan Israel.
- Italia
- Posisi: Sejalan dengan kebijakan Uni Eropa yang menolak pengakuan sepihak.
- Alasan: Fokus pada dialog daripada tindakan simbolis.
- Belanda
- Posisi: Tidak mengakui Palestina.
- Alasan: Khawatir pengakuan akan mengurangi leverage negosiasi.
- Ceko
- Posisi: Negara Uni Eropa paling vokal menolak pengakuan.
- Alasan: Memiliki hubungan strategis dengan Israel dan menganggap pengakuan sebagai “langkah kontra-produktif”.
Sebaliknya, 139 negara (72% anggota PBB) telah mengakui kemerdekaan Palestina. Dukungan ini didominasi oleh negara-negara Arab, Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Berikut contoh negara pendukung kunci:
- Indonesia
- Status: Mengakui Palestina sejak 1988.
- Dukungan: Aktif di forum internasional, menyumbang bantuan kemanusiaan, dan memimpin koalisi OKI.
- Arab Saudi & Mesir
- Status: Mengakui Palestina sejak 1988.
- Dukungan: Menjadikan isu Palestina sebagai inti kebijakan luar negeri Arab.
- China & Rusia
- Status: Mengakui Palestina sejak 1988.
- Dukungan: Menggunakan hak veto di PBB untuk melindungi kepentingan Palestina.
- Afrika Selatan & Brasil
- Status: Mengakui Palestina pada 1988 dan 2010.
- Dukungan: Menyamakan perjuangan Palestina dengan gerakan anti-kolonial dan anti-apartheid.
- Swedia
- Status: Negara Uni Eropa pertama yang mengakui Palestina (2014).
- Dukungan: Menilai pengakuan akan mempercepat perdamaian.
Dinamika Terkini dan Tantangan
- Upaya Baru: Negara seperti Spanyol, Irlandia, dan Malta sedang mempertimbangkan pengakuan terhadap Palestina, menyusul langkah Swedia.
- Tekanan AS: Washington terus menekan sekutunya agar menolak pengakuan unilateral, dengan ancaman pemotongan bantuan.
- Dampak Humaniter: Menurut PBB, lebih dari 35.000 warga Palestina tewas dalam konflik Gaza sejak Oktober 2023, memicu gelombang protes global.
Perpecahan global ini mencerminkan kompleksitas konflik Israel-Palestina. Bagi pendukung Palestina, pengakuan adalah langkah krusial untuk mengakhiri pendudukan. Namun, bagi negara penolak, solusi hanya bisa dicapai melalui negosiasi langsung. Hingga kini, Palestina tetap menjadi simbol perjuangan kemerdekaan yang belum tuntas di tengah geopolitik global yang terus berubah.
Sumber Data: Kementerian Luar Negeri Palestina (2024), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan laporan kebijakan luar negeri negara-negara terkait.
Catatan: Status pengakuan dapat berubah sesuai dinamika politik internasional.